Friday, February 26, 2016

PENANTANG MIMPI: Pacarku BL, So What?

PENANTANG MIMPI: Pacarku BL, So What?

Pacarku BL, So What?

PACARKU BL; SO WHAT?

Jelaga tak kisahkan siapa aku di sini. Selimut malam, telah menghabisi sisa siangku dalam buncah raga. Salam-salam mesra membelai nakal. Dalam kerumunan rerumput hijau yang kupijak dari sudut ke tepi. Bagai menghitung sisa hari yang entah kapan waktunya.

“Cumbu aku di sini saja …” bisikan rayuan merasuki pendengaran.
Hatiku yang berlubang membiarkan tiupan angin orange itu meremas-remas dalam kenikmatan. Aku hanya butuh sesaat atau sekelimat kumat-kamit demi tambahan untukku kantongi dan bawa pulang.

“Dear … wait?” tanganku memaksamu berhenti.

Tatkala mata-mata kamera memandang penuh keirian. Mereka ingin mengabadikan momenku dan lelaki yang kupanggil ‘BL’ ;lelaki sementara. Kenapa aku hanya menganggapnya sementara? Yah, karena kontrak yang mewajibkan perasaan ini tak berlanjut lebih dalam lagi. Namun aku bisa ke jenjang buku nikah bila mau. Namun, tidak … aku hanya ingin membalas luka lara dari lelaku lalu; mantanku.

Ternyata tak kira hanya aku saja, bukan hanya BL saja dan BL pun akan kalian temukan di bawah rel kereta api ini. Jejak senja membantu panorama untuk kalian tangkap bila kalian menginginkan. Sebenarnya, aku tak ingin kalian menjadi manusia kepo dengan segala urusan dosa manusia lainnya. Namun aku hargai niat baik kalian yang ingin mengingatkan dengan berbagai cara. Tanpa kalian sadari itu bisa mengancam kenyamanku di sini.

Seperti petang senja lalu. Kalian berpura-pura bergaya untuk difoto. Sialnya aku yang tahu itu hanya berpura bodoh. Aku tetap menikmati kemesraan di alam terbuka. Lalu kudengar tawa kalian yang lantang. Aku tidak tuli; teman seperjuangan. Maafkanlah khilafku yang membuat kalian merasa terganggu.

“Kalau mau ciuman yo mbok cari kamar. Kami tidak masalah kalian mau gerayakan tapi ngandang jangan di tempat terbuka seperti ini!”

Aku dengar keresahan kalian; teman seperjuangan. Sekali lagi maafkanlah aku. Membuat nama kita tercoreng arang. Namun, aku sungguh kebelet dalam rangsangan si lelaki bajingan. Jangan heran kalau aku memanggilnya bajingan. Yah! Kalau dia lelaki yang baik dan mencintaiku pasti dia tidak akan mempermalukanku di tempat umum ini; bawah rel kereta api ini. Suara senja bahkan tak kupedulikan. Saat semuanya diwajibkan bersujud; itu tak terpikirkan sama sekali.

Bahkan perlu kalian tahu, bukan hanya BL saja masih banyak puluhan TKW sepertiku yang bercinta dengan orang luar lainnya. Namun media seakan pilih kasih, kenapa hanya lelaki BL saja yang menjadi sorotan. Kadang aku ingin marah, namun buat apa. Percuma aku melawan media yang kerap pilih kasih.

Jangan salahkan cinta tapi salahkan kelakuan kami yang tidak bisa menjaga maruah harga diri dan bangsa. Aku mengakui, aku dari segelintir TKW yang suka mencari kerinduan di bawah rel kereta api atau bahkan di bawah pohon besar, dekat Paya Lebar maupun Kallang. Terima kasih untuk teman-teman seperjuangan yang mengingatkan kesadisan akibat hubungan terlarang ini. Doakan aku untuk segera bertaubat.

Namun coba kalian lihatlah, ada temanku yang menikah dengan BL dan memiliki anak, cinta mereka dibuktikan di agama dan Negara. Jadi jangan menganggap sebelah mata, ada pasangan TKW-BL yang menikah, ada juga juga yang hanya jadi pelampiasan nafsu. Sekali lagi kita hanya lakon yang penuh kehidupan misteri.

Dan bukankah kalian tahu, hidup, mati, rezeki dan jodoh sudah Allah tentukan. Jika jodohku orang BL karena bertemu di Singapura dimana aku mengais rezeki, mengapa harus dikucilkan? Mengapa harus menghina pemberiaan Allah? Aku hanya meminta pada Allah agar memberikan jodoh yang terbaik untukku, itu saja. Dan semoga pacarku BL adalah lelaki baik dan tidak bersikap bajingan lagi terhadapku. Karena dalam agamaku, pacaran itu dilarang. 

Jika ada kesempatan; berikan aku kesempatan agar bertaubat. []



Wednesday, January 27, 2016

TERIMA KASIH DEAR TEMAN-UCU SRI RAHAYU & WINDU LESTARI

Menjadi orang yang dianggap ‘tua’kan memang tidak mudah. Menjadi orang yang bisa disebut professional juga tidak segampang tersenyum. Namun tidak berarti aku merasa hebat dan banyak orang yang harus memujiku. No! No no!
            Aku selalu berusaha menempatkan posisi diri dengan baik. Tidak bisa mencampurpautkan masalah pribadi ke wadah sosial. Contohnya saja, dalam setiap acara, jika memang harus ada orang yang tidak kusukai, bukan lantas aku menghindar. No, bukan sejatiku demikian. Toh, biarlah orang lain menilaiku ini dengan rasa tanggung jawabku saja dalam bersosial. Karena aku tidak mencari musuh.
            Sebenarnya juga, aku tidak suka dibilang leader, yah, karena terasa membebani sekali jika dipikul seorang diri. Bukan karena tidak ada yang membantu namun, urusan dapur kerap membuatku menahan senyum. Bayang-bayang sabotase dari masa lalu kadang bisa datang tiba-tiba. Sehingga sulit bagiku untuk mudah membuka lebar-lebar hatiku. Namun bukan berarti aku menjadi mental yang tertutup. No!
Jika selama ini ada teman yang curhat soal pribadi, aku selalu berusaha menutup dengan baik. Walau sudah jarang berjalan bareng bukan berarti juga aku menyebarkan luas. Hanya sesal datang bila-bila waktu, jika hati mendadak sedih.
            Pernah suatu dulu ada teman yang curhat masalah percintaannya, berbeda agama dan tidak direstui, memanggilku sebutan ‘Kakak’ tapi entah mengapa mendadak memusuhiku. Pertanyaan besar bermain di otakku. Tapi biarlah, Allah tidak pernah tidur.
            Langit Allah masih ada, bumi Allah masih bisa dipijak. Aku isi pikiranku dengan hal-hal yang positif, tanpa perlu memikirkan omongan orang lain. Selagi itu tidak mengganggu kesehatan mentalku, biarlah mereka pada sibuk sendiri, mencari cara untuk membuatku jatuh.
            Dalam pandanganku, berteman itu tidak harus pilih-pilih namun harus pandai memilah-milah, hal-hal yang baik dan buruk dalam berteman. Jangan dimakan hal-hal yang tidak sehat, sehingga bisa merusak masa depan. Dunia ataupun akhiratnya juga.
            Bila ada orang yang mengatakan aku baik, bijaksana, dermawan, atau yang baik-baik, mungkin mereka menilaiku dari segi profesionalnya aku dalam menyelesaikan tanggung jawab. Bukan karena aku dekat dengannya atau hanya sekadar secangkir kopi. Tapi murni, aku tidak pernah membeda-bedakan orang dalam berteman.
            Ada kalanya aku harus diam, harus tegas, harus marah, harus odd (maksudnya apa sih Win? Hehehe), yah begitulah aku dalam berteman. Kalau ada salah dalam mengenal kalian, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya, mumpung masih bisa mengungkapkan isi hatiku.
            Ucu Sri Rahayu; Kamu tidak perlu menjadi wanita yang kuat sepertiku. Tapi jadilah dirimu sendiri, yang kelak bisa membahagiakan orang-orang yang kamu sayangi.
Dan Windu Lestari: Terima kasih banyak, uluran tanganmu, kesabaranmu dalam mengikuti arahanku yang memang juga bisa membingungkan. Tapi aku tahu, kamu cukup pintar untuk memilah-milah sehingga bisa menjadikan warna-warni pertemanan ini tetap terjaga indah seperti pelangi.
Ucu Sri Rahayu: “Pertama kenal Anung, dia seperti orang yang judes. Karena kalau melirik tajam, tapi kalau dah sering ketemu dia baik orangnya bijaksana, dermawan, saya senang kenal dengannya, saya jadi ada kegiatan baru yang positive yaitu menulis, dan darinyalah yang memberiku saran positive tentang masalahku, “Nobody else only you do that to me. Thank you very much, love Ucu.” [Finalist Putri Ungu PDSM 2015]
Windu Lestari: “Kak Anung itu fine. Multi talent, mungkin your confident yang membuat talent itu menjadi multi. At the same time you are so odd. Kadang menjadi leader yang baik tapi terkadang juga membingungi. Selain aku pribadi di luar sana juga ada beberapa orang yang mengungkapkan hal yang sama. Tidak suka ditegur di tempat umum. I meant you are mature enough. Dan malah tidak mengganggu hal-hal yang lainnya selain dari teguran itu tadi. Kita tetep hangout bareng, masih dalam acara bareng, and that's good. Its call professional. By the way, you are a good friend for me so far. Ya cuma itu saja, Kak Anung juga banyak memberi kontribusi yang positive untuk aku selama berteman. So let me say thanks for that, mumpung ada momentnya buat ngucapin, haha …. J” [Penulis di Buku Aku Bisa Karena Aku Wanita]






Love you all. Pesanku, jangan pernah berhenti menulis, entah itu dipublishkan atau dalam catatan diary. Suatu saat, itu akan menjadi kenangan paling indah dalam diri kalian. Melalui proses jemari untuk melukisnya. 

Singapura, 27/1/2016 

Tuesday, January 26, 2016

KATANYA FOTOGRAFER AMATIRAN

Kemarin saya membaca sebuah peringatan kepada fotografer amatiran. Dimana bisa melumpuhkan fotografer profesional. Tapi, eitt, tunggu dulu. Jangan menyalahkan fotografer amatiran seratus persen. Kenapa saya bilang jangan menyalahkan fotografer amatiran. Yup, pasti saya punya penjelasan yang semoga bisa dipahami oleh semua kalangan lapisan fotografer.

Saya sering ditanyai harga fotografer oleh beberapa kenalan di facebook. Sebagai teman saya pun mencarikan fotografer dan menanyakan harganya. WOW, fantastik, harganya di atas rata-rata $250+ coba bayangin, untuk saya itu pasti mahal. Yah, mungkin karena sudah menamakan dirinya fotografer profesional.

Lalu atas dasar pertimbangan belah pihak yang sepakat, maka tanggung jawab selesai, bila teman sama dan fotografer yang saya rekomendasikan deal harga dan pemotretan, saya sudah lepas tangan. Saya pun tidak meminta komisi karena memberikan pelanggan. Basicnya kembali kepada unsur pertemanan. Saling simbiosis mutualisme. Hehehehe.

Baru-baru ini saya pun ditanyai lagi soal fotografer yang harganya badget sekian $ dan 3 kali foto dengan pose ABC. Karena teman saya sudah mencari ke semua orang yang menamakan dirinya fotografer, lagi-lagi harganya WOW. Karena teman saya punya badget sekian dan bukan untuk acara pribadi, maka saya tawarkan teman saya. Sepakat harga maka tanggung jawab sepenuhnya telah usai. Soal hasil bagus atau jelek, bukan tanggung jawab saya, dong.

Beberapa foto saya kirimkan untuk banding hasilnya dengan fotografer profesional. Kalau pelanggan mau dan setuju, sebagai teman kembali saya merokomendasikan. Deal kesepakatan harga dan persiapan selanjutnya.

Coba kita bayangkan, jika sesama TKW lalu dipatok harga di atas $250+ sebagai sesama TKW nurani saya sedih, nggak kebayang gaji separuh untuk foto-fotoan. Ini ke kontek pribadi yah, bukan untuk dijual nantinya. Kalau dijual pasti lain lagi. Karena sebagai pemegang work permit, sangat ilegal, jadi intinya kerjasama dengan baik bila ingin mendapatkan penghasilan dari gaji pokok kerja. Agar terhindar dari hal-hal diluar dugaan.




Bahkan sempat ada kata nekad. Lalu saya tersenyum geli. Kok yah, bisa menuduh fotografer amatiran ini nekad. Nggak juga kali brosis :) walau fotografer amatiran, kami juga punya badget, kapasitas yang terbuka, bahkan kami tidak menggelar nama fotografer profesional. Malah kami sering diminta untuk memotret momen-momen bahagia. Seperti pernikahan, ulang tahun, model-modelan dan gathering.

Contohnya saya saja nih, jangan jauh-jauh. Motret orang nikahan. Gila, saya saja stress nggak bisa tidur. Saya bukan fotografer tapi diminta memotret orang nikahan. Saya tegaskan, saya nggak nekad. Karena saya udah bantu cari fotografer, yah ... pasti tahu kan, nggak semua TKW seberuntung saya diizinkan off selain hari minggu saja. Dengan rasa kasih sebagai teman, akhirnya saya menyanggupi, walau tanpa perjanjian dibayar sekian. Sebagai teman pasti belakangnya pengertian juga, ngedit foto dan nyuci foto, semua butuh proses tenaga dan biaya.

Mengedit foto atau pengaturan cahaya juga bisa belajar. Bukan berarti harus kursus sekolah fotografer. Kan, nggak. Sama halnya dalam menulis, skill akan berkembang jika setiap hari diolah dan dipraktikan, pasti hasilnya akan bagus jika terus-terusan diasah. Belajar itu universal, luas. Bahkan, saya pun pernah tahu, seorang yang tidak bisa melihat, ia mampu memotret dengan bagus sekali bahkan juga disebut fotografer profesional. Tapi saya lupa namanya, kalau tidak salah, iklan sabun mandi. Menurut dia, memotret itu juga harus punya perasaan bukan sekadar jeprat-jeprettt, bukan karena peralatan foto yang super.

Nah, jadi yang merasa fotografer amatiran melumpuhkan pasaran fotografer profesional, coba dicek kembali dengan kebutuhan pelanggan. Agar tidak ada hiden cost.

Salam damai, kalau ada perkataan yang salah, mohon maaf lahir batin. 

Saturday, January 23, 2016

TERIMA KASIH TEMAN-DEAR YULI ENDANG ASTUTI

Yuli Endang Astuti: “Orangnya kreatif, mandiri dan percaya diri dengan ke-kreatifannya. Tegas walau kadang terkesan galak bagiku (aku punya rasa takut yang amat sangat ketika ada orang bicara keras, bertengkar apalagi berkelahi), kadang terkesan sensitif. Kalau masalah baik hati, tidak sombong atau apalah lainnya, kayanya hampir semua orang akan berkata seperti itu kalau ditanya pendapat tentang diri kita.” [Ratu Pintar dan Karisma; Ratu Pahlawan Devisa Singapura 2016]

Memilik teman dari berbagai suku bangsa dan budaya. Tidak ada masalah bagiku. Teman yang juga berpengaruh dalam perjalanan kisahku di Singapura ini dari Jawa Barat. Aku mengenal dia saat pembuatan buku pertama PDSM Pahlawan Devisa Singapura Bersyair. Melalui karya puisi-puisi dia.

Aku tidak terlalu banyak tahu tentang kesibukan dia di hari minggu, tapi kami sering terlibat dalam kegiatan bersama. Dia pendiam, kalau tidak ada kepentingan yang serius. Dan juga, dia bisa dimintai tolong. Misalnya kalau ada yang perlu ditransfer, atau membantu sesuatu, jika dia bisa pasti akan membantu.

Selama berteman dengannya, Yulia ini tidak banyak membuat hatiku gedeg. Cepat tanggap dan mudah diajak berembug. Yang aku tahu, dia juga nyambi belajar di Universitas Terbuka Singapura. Ngakunya dia kenal aku sejak di Paket C J itu berarti udah jadul sekali.  Hobby ikut fesyen tapi jarang sekali menang. Tapi tidak memudarkan semangatnya.

Kadang kalau lagi asik ngerumpi di grup, aku sering lupa pakai bahasa Jawa, sedangkan dia kadang manggut-manggut kaya paham saja. Itulah yang aku rasakan selama berteman dengan dia, yang orangnya jujur dan terbuka. Karena dia tahu mungkin, kalau aku lebih suka orang yang jujur ketimbang banyak alasan.

Saat dia pamit dari grup Menari PDSM dan mau ikut nari di grup lain, aku pun mempersilakan dengan hati terbuka. Memang PDSM bukan grup yang mengikat anggotanya. PDSM terbuka bagi siapa saja yang mau ikut dan latihan.

Ketika saat mencari tiga penari, aku pun tanya pada dia. Karena nggak masuk audisi fesyen.  Apakah masih dengan grup tersebut? Karena sejak dia pamit, aku tidak pernah melihat dia bergabung sama grup tersebut. Akhirnya dia mau diajak lagi menari dengan PDSM dan melengkapi jumlah 8 orang penari yang tampil di acara Fiesta POSTKI.

Aku suka mengenal dia selama ini, tidak pernah atau mungkin belum berbohong sama aku. Jika dia tidak bisa latihan atau tidak bisa ngumpul, pasti akan memberitahu jauh-jauh hari. Dan dia orangnya bukan tipe yang suka seenaknya membatalkan omongan alias janji.

Terima kasih Yulia, telah melengkapi warna-warni kisahku di Negeri Singa ini. Mohon maaf lahir batin, untuk salah-salahku padamu. Big hug. Terus lanjutkan kuliahnya/belajarnya, jangan dibuat mainan walau majikan yang bayarin hehehehe. Jadilah salah satu kembali TKW Singapura yang menyandang gelar sarjana.
Semangat!!!

Singapura, 23/1/2016




Friday, January 22, 2016

TERIMA KASIH TEMAN-DEAR TUTI HARTATI (MONI PIA)

Moni Pia: “Anung itu orangnya sebenarnya cute dan ramah. Tapi kadang-kadang acuh juga. Sebenarnya baik hati, kreatif dan tegas, tapi kadang-kadang sulit untuk menerima pendapat orang lain. Intinya saya tidak menyesal  mengenal dengan Mbak Anung, saya banyak belajar darinya.” [Pernah menjuarai event menulis di grup PDSM-Grup Nari PDSM]

Aku mengenalnya melalui grup PDSM. Ku perhatikan ia bisa dibilang berbakat dalam menulis. Terbukti pernah menjuarai beberapa latihan menulis di PDSM. Bermodalkan ketikan di inbok, ia bisa merangkum cerpen maupun puisi. Dan tergabunglah ia dalam kontributor Ungu Bercerita.

Awal pertemuan saat pengambilan foto di Vivo City. Kami bersama teman lainnya, makan-makan dan ngobrol bersama. Aku yang tidak suka basi-basi pun cepat nyambung. Seiring waktu berjalan, aku semakin mengenali karakternya. Pendiam memang dan manutan, tapi punya kebaikan hati dan pendirian.

Saat mendengar info resmi audisi POS TKI, spontan aku ajak ia untuk ikutan audisi karena kata pihak penganjur Pos Tki, lebih banyak orang lebih baik untuk kumpulan penari. Namun, lagi-lagi, aku yang super penuh imajinasi, punya pilihan lain. Ingin membawa PDSM pada jalur sesuai yaitu yang berhubungan dengan menulis.

Akhirnya, ia masuk menjadi pengiring tarian. Ia tak menari saat audisi melainkan membaca puisi;

What I’ve done
Hiii ratu pahlawan devisa
Kami bekerja, belajar dan berkarya
Membangun dan menimba ilmu
Untuk negeri kami tercinta
Bersama Pos Tki
And What I have done
Setumpuk prestasi bukan menyombongkan diri
Tiada batas umur meraih mimpimimpi
Bersama pahlawan devisa singapura
Aku, kamu, kita pasti bisa!
Pulang membawa bekal ilmu dan bekal diri
Majulah para TKI!

Tidak mengharapkan masuk final, namun hanya kesempatan bisa masuk final. Dengan proses yang tidak mudah. Awalnya, grup PDSM akan digabungkan dengan salah satu grup yang lolos juga, karena terjadi kekeliruan orang audisi. Tentu saja bagi PDSM tidak masalah mau berkolaborasi dengan sesiapa saja. Namun keputusan akhir, kami tidak jadi digabungkan karena suatu alasan yang kami pun paham. Termasuk kesulitan untuk latihan.

Sebagai solusinya PDSM harus mencari 3 orang lagi penari. Secara tidak langsung, Moni harus ikut menari. Ada rasa khawatir dalam hatiku, apakah ini orang bisa menari. Aku pun percayakan diri sendiri, ia pasti bisa, aku akan mengajarinya. Dan berjalanlah waktu mencari-cari 3 orang yang mau diajak gabung. Alhamdulillah, mendapatkan orang yang mau ikut menari.

Dan kembali ke Moni, memang tidak bisa dikatakan 80% bisa melenggang gemulai ala penari, tapi usahanya di dalam grup sangat aku hargai. Dari menegaskan ia untuk izin pada majikan libur tiap minggu setengah hari saja untuk latihan. Yah, membuahkan hasil. Sampai kami bisa berada di hari puncak persembahan. Adalah perjuangan.

Terima kasih Moni, atas kerja kerasmu di grup PDSM dan mohon maaf lahir batin, jika selama menganalmu, aku banyak kata-kata tegas yang melukai hatimu. Terus menulis yah, kalau ada yang belum tersampaikan, keluarkanlah unek-unekmu. I love you.

Singapura, 22/1/2016

~**~



Thursday, January 21, 2016

TERIMA KASIH TEMAN-DEAR CICIK SUBANDINI

Cicik Subandini: “Anung D’Lizta, memang songong sitik, somplak kadang-kadang dan keras kepala juga ono. Apa adanya malah kadang terlalu, kalau buat orang yang nggak ngerti sifatnya mesti langsung tersinggung.  Berbakat, telaten, tanggung jawab dan punya prinsip, juga ringan tangan.” [Pernah menjuarai beberapa event di grup PDSM]
Mengenalmu adalah anugerah. Dari teman dan teman hingga saling mengenal dengan sebutan teman, entah itu nyata atau bukan. Atau bahkan hanya sekadar teman maya belaka. Namun ada darimu yang ingat dalam relung hatiku. Ketika tahun berganti tahun selama melihat rupamu nan tidak begitu ayu. Tetapi ada parasmu yang menunjukkan daya tarikanmu. Adalah kamu yang apa adanya kamu dalam berteman denganku.
Bisa dibilang bangga atau GR-aku selama ini memperhatikan jalan kariermu sebagai TKW Singapura juga penyanyi. Ah, kalau ingat dulu-dulu, dia adalah jebolan dari grup facebook kecil yaitu Pahlawan Devisa Singapura dalam bidang menyanyi. Kini namamu semakin melebar seantreo dunia maya. Bakatmu terasah dan semakin tajam, tak pantang perjuangan.
Berkat keberanian serta bakat yang mumpuni berbagai audisi menyanyi lebih luas lagi, kamu jalani. Alhamdulillah, banyak kesempatan yang diraihnya. Dari audisi Home Got Talent sesi ke-3, FAST We Got Talent Too, dan juga Audisi Fiesta Post Tki, yang lalu mengantarkanmu pada tingkat lebih jauh lagi. Go masuk teve Suria. Bahkan aku juga mengiringi perjalananmu itu.
Selain menyanyi, yang kuingat darimu adalah prasasti yang pernah kamu ukir dalam buku MSB. Meski kini jarang melihatmu melukis kanvas putih, dan di situlah aku merasakan kehilangan teman sepertimu. Semakin jarang melihatmu menari jemari, aku merasa tak mengenalimu lagi. Kamu semakin jauh berlayar hingga waktu tak menyempatkanmu mampir walau sebentar.
Tapi tidak mengapalah, asalkan ada bagian cerita yang indah di antara kita maupun duka, dalam hatiku sangat merasa kehilanganmu tapi bayangmu senantiasa ada membingkai. Terima kasih telah menjadi teman baikku di Singapura.

GUMAMANKU
Apa ini...?
Bagaimana ini ...?
Ada yang hilang darimu Pertiwiku
Tak lagi sama
Dulu,
Kain batik
Kain ikat
Kain songket
Kain gringsing
Satu ikatan
Menyatu dalam perbedaan
Terayomi kehangatan pelukan para TNI
Bangsapun dengan gagah
Tiada gentar
Tak hanya mengumandangkan
Namun menerapkan isi Sumpah Pemuda
Bukan hanya hafalan anak-anak Sekolah Dasar saja
Apa ini ..?
Bagaimana ini ..?
Hanya mampu bertanya-tanya
Dalam bilik sempit
Diatas ranjang bobrok
Berselimutkan batik lusuh
Peninggalan nenekku
Apa ini ..?
Bagaimana ini ..?
Singapura , 26 Oktober 2014
~**~
GOYANGAN JAMU METAL
PENULIS: CICIK SUBANDINI
Dingin masih terasa menusuk tulang, disaat aku turun dari angkutan umum jurusan Ambarawa - Bandungan. Kugendong bakul jamuku, melangkah dengan penuh harap, jamuku laris dan bisa pulang cepat.Terbayang wajah putriku yang masih belum genap 1 tahun. Penyemangat hidup, yang membuat kakiku tak lelah 'tuk melangkah. Dengan bersenandung kecil,aku memasuki kampung dimana aku biasa berkeliling menjajakan daganganku. Ada juga keuntungan mempunyai hobby menyanyi, setidaknya bisa menghibur diri sendiri. Langkahku dan senandungku serentak berhenti, disaat aku mendengar suara memanggilku.
"Dik, Jamu..!! "
[Buku Membangun Semangat Berkarya-2015]

#Ahh, aku rindu goresan jemarimu. Mohon maaf lahir dan batin. []


 Cicik & Me at; Home Got Talent 

 Cicik Juara Menyanyi & Puisi 

 Buku MSB