Tidak semua tenaga kerja
Indonesia khususnya wanita medapatkan hak-hak dan kewajiban dalam kontrak
kerjanya. Tidak semua TKW juga bernasib sama dalam hal kesempatan dan
keberuntungan. Apakah semua itu memang sudah suratan takdir atau hanya satu
dari alasan kita(nya) yang tidak mau merubah nasib lebih beruntung lagi.
Selama ini
kita banyak melihat dan mendengar bagaimana tatapan sinis terhadap TKW, itu
tidak lepas dari bagaimana orang membuka sudut pandang pikirnya—negatif or
positif.
Pada
kesempatan, Sabtu 6 Desember 2014 saya berkesempatan untuk menghadiri dan
mengisi acara tahunan Singapore Art Festival yang melibatkan tenaga kerja di
Singapura. Pertama kalinya saya melakukan tantangan untuk sebuah tulisan yang
bukan bahasa Indonesia. Sungguh tantangan dan kesempatan luar biasa yang tidak
bisa saya lewatkan sia-sia.
Dengan izin
dari majikan tentunya semua impian dan kenyataan suara saya didenngar oleh
orang non-PRT bisa tersampaikan lewat small pieces. Saya bangga dan terharu
akan satu step perubahan yang saya lakukan. Di sini saya bukan untuk melihatkan
‘Iniloh saya’ tidak, saya hanya ingin berinteraksi dengan orang yang bukan PRT
sehingga sedikit dari mereka melihat harapan-harapan dan impian kalau ‘kita’
domestic worker juga punya hak yang sama dalam melestarikan kesenian yang
mendapatkan tempat yang sama dengan non-dws.
Pada
kesempatan minggu, 7 Desember 2014 saya mengajak dari teman-teman saya untuk
bekerjasama, “Ayok kita pasti bisa” sebuah tulisan yang saya bacakan berupa
dialog monolog menjadi visual nyata dengan peran masing-masing dan gerakan tari
di akhir drama untuk menyatukan kesamaan bahwa kita(dws) bisa bersatu padu jika
harmoni dan kesatuan tercipta dengan baik.
Sempena
ulang tahun HOME (Humanitarian Organization for Migration Economics yang ke-10
kami mengajak semua Domestic workers lebih menjalin erat lagi semangat dan persatuan. Mengerti akan hak
dan kewajiban kita sebagai PRT, meningkatkan skill untuk up-grade our self dan
memperbaiki kualitas kerja kita sebagai PRT di Singapura. Dengan HOME kita bisa
bersatu mewujudkan semua impian dan kenyataan untuk perubahan yang lebih baik
lagi. []
Story of Domestic
Workers (Let’s go Home)
It’s was raining in
the Sunday morning. Siti try to run away from her employer house. She can’t
hold anymore pain. Abuse from her employer for few months when she started to
work.
“I must get away from
this gate. I must run away, even know I do not know where to go. I don’t have
money, what should I do, oh … God please help me ….” She holding her hand with so much pain, she
try to run away.
She walked with limb
on her right leg. And there was some Indonesian Domestic Worker in the park
play together. Siti, looking at them
from a distance. Slowly she approves them and begins to ask.
“Excuse me, are you from Indonesia?” Siti begin to ask.
“Yes, we are from Indonesia,
what happened to you … Oh God .. what happened to your hand, your cheek?” Desi
one of the Indonesian girl was shock when she notice that Siti arm was bleeding
and got blue mark.
“My Mum abuse me, I can not tahan, so I run away,” Siti reply with sad
voice.
“Come I will bring you Home …” said Desi again.
“No, I do not want go home, I need to work for my parent and my little
sister study, I want to change employer …” at first, Siti do not know what HOME
is..
“Don’t worry, is not like what you thinking, Home is organization for
helping worker in Singapore, come … they will help you,” Desi explain to Siti.
So Wati bring Siti to the office HOME in the Lucky Plaza. Many outside
women being abuse by employer but some of them keep in silent. But some of them
run away and seek kelp for justice, freedom. And HOME; Humanitarian Organization
for Migration Economics is one in other for helping Worker’s who need it and we
are like family for each other’s, justice, freedom, dignity, empowering,
encourage, strong, caring. And Siti is just example of Domestic Workers who
find a justice for herself and motivated other Domestic worker’s.
Thank you so much sister Bridget
Tan; the founder of HOME. You are still my hero dan my motivator to believe in
HOPE—JUSTICE—FREEDOM—thank you so much for all your kindness and your love to
all the workers.
~**~
[Bio: Anung Delizta, is from Indonesia. She’s been Singapore
almost 15 years with her employer. During day off she hang-out with friends to
learn something new. She believe in writing can be therapy and open the mindset
of peoples.]
The Fonder of HOME (Sister Bridget Tan) |
The Song from Shelter Girls |
Toss for happiness and United, Hope, Justice and Freedom |
Singapore WEA CAN-Art Festival |