Menjadi orang yang dianggap ‘tua’kan
memang tidak mudah. Menjadi orang yang bisa disebut professional juga tidak
segampang tersenyum. Namun tidak berarti aku merasa hebat dan banyak orang yang
harus memujiku. No! No no!
Aku
selalu berusaha menempatkan posisi diri dengan baik. Tidak bisa
mencampurpautkan masalah pribadi ke wadah sosial. Contohnya saja, dalam setiap
acara, jika memang harus ada orang yang tidak kusukai, bukan lantas aku
menghindar. No, bukan sejatiku demikian. Toh, biarlah orang lain menilaiku ini
dengan rasa tanggung jawabku saja dalam bersosial. Karena aku tidak mencari
musuh.
Sebenarnya
juga, aku tidak suka dibilang leader, yah, karena terasa membebani sekali jika
dipikul seorang diri. Bukan karena tidak ada yang membantu namun, urusan dapur
kerap membuatku menahan senyum. Bayang-bayang sabotase dari masa lalu kadang
bisa datang tiba-tiba. Sehingga sulit bagiku untuk mudah membuka lebar-lebar
hatiku. Namun bukan berarti aku menjadi mental yang tertutup. No!
Jika selama ini ada teman yang curhat
soal pribadi, aku selalu berusaha menutup dengan baik. Walau sudah jarang
berjalan bareng bukan berarti juga aku menyebarkan luas. Hanya sesal datang
bila-bila waktu, jika hati mendadak sedih.
Pernah
suatu dulu ada teman yang curhat masalah percintaannya, berbeda agama dan tidak
direstui, memanggilku sebutan ‘Kakak’ tapi entah mengapa mendadak memusuhiku.
Pertanyaan besar bermain di otakku. Tapi biarlah, Allah tidak pernah tidur.
Langit
Allah masih ada, bumi Allah masih bisa dipijak. Aku isi pikiranku dengan
hal-hal yang positif, tanpa perlu memikirkan omongan orang lain. Selagi itu
tidak mengganggu kesehatan mentalku, biarlah mereka pada sibuk sendiri, mencari
cara untuk membuatku jatuh.
Dalam
pandanganku, berteman itu tidak harus pilih-pilih namun harus pandai
memilah-milah, hal-hal yang baik dan buruk dalam berteman. Jangan dimakan
hal-hal yang tidak sehat, sehingga bisa merusak masa depan. Dunia ataupun
akhiratnya juga.
Bila
ada orang yang mengatakan aku baik, bijaksana, dermawan, atau yang baik-baik,
mungkin mereka menilaiku dari segi profesionalnya aku dalam menyelesaikan
tanggung jawab. Bukan karena aku dekat dengannya atau hanya sekadar secangkir
kopi. Tapi murni, aku tidak pernah membeda-bedakan orang dalam berteman.
Ada
kalanya aku harus diam, harus tegas, harus marah, harus odd (maksudnya apa sih
Win? Hehehe), yah begitulah aku dalam berteman. Kalau ada salah dalam mengenal
kalian, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya, mumpung masih bisa mengungkapkan
isi hatiku.
Ucu
Sri Rahayu; Kamu tidak perlu menjadi wanita yang kuat sepertiku. Tapi jadilah
dirimu sendiri, yang kelak bisa membahagiakan orang-orang yang kamu sayangi.
Dan Windu Lestari: Terima kasih
banyak, uluran tanganmu, kesabaranmu dalam mengikuti arahanku yang memang juga
bisa membingungkan. Tapi aku tahu, kamu cukup pintar untuk memilah-milah
sehingga bisa menjadikan warna-warni pertemanan ini tetap terjaga indah seperti
pelangi.
Ucu
Sri Rahayu: “Pertama
kenal Anung, dia seperti orang yang judes. Karena kalau melirik tajam, tapi
kalau dah sering ketemu dia baik orangnya bijaksana, dermawan, saya senang
kenal dengannya, saya jadi ada kegiatan baru yang positive yaitu menulis, dan
darinyalah yang memberiku saran positive tentang masalahku, “Nobody else only you do that to me. Thank
you very much, love Ucu.” [Finalist Putri Ungu PDSM 2015]
Windu
Lestari: “Kak
Anung itu fine. Multi talent, mungkin your confident yang membuat talent itu
menjadi multi. At the same time you are so odd. Kadang menjadi leader yang baik
tapi terkadang juga membingungi. Selain aku pribadi di luar sana juga ada
beberapa orang yang mengungkapkan hal yang sama. Tidak suka ditegur di tempat
umum. I meant you are mature enough. Dan malah tidak mengganggu hal-hal yang
lainnya selain dari teguran itu tadi. Kita tetep hangout bareng, masih dalam
acara bareng, and that's good. Its call professional. By the way, you are a
good friend for me so far. Ya cuma itu saja, Kak Anung juga banyak memberi
kontribusi yang positive untuk aku selama berteman. So let me say thanks for
that, mumpung ada momentnya buat ngucapin, haha …. J” [Penulis di Buku Aku Bisa
Karena Aku Wanita]
Love you all. Pesanku, jangan pernah berhenti menulis, entah itu dipublishkan atau dalam catatan diary. Suatu saat, itu akan menjadi kenangan paling indah dalam diri kalian. Melalui proses jemari untuk melukisnya.
Singapura, 27/1/2016