Thursday, January 21, 2016

MASIHKAH AKU MENJADI PENANTANG MIMPI?

Semalam, 20 Januari 2016 aku mengirimkan pertanyaan untuk meminta pendapat kejujuran dari beberapa teman-teman yang aku anggap sangat berpengaruh besar dalam prosesnya aku di sini. Memang sangat mencekam seperti ikutan uji nyali di tempat-tempat angker. Ah, bukankah kejujuran itu kadang menyakitkan, tapi tidak apalah, aku lakoni saja.

Sambil menunggu jawaban kejujuran teman-teman aku sambi menulis untuk dikirim ke beberapa lomba. Gusar hatiku sampai-sampai rasa lapar naik tiga kali lipat. Baru menulis judul naskah, perutku bergoyang ria. Akhirnya kuangkat pantat dan menuju ke dapur. Tidak ada makanan ringan yang bisa kucemil, hanya ada buah plam. Ah, itupun tak mengapa.

Aku kembali ke kamar. Mengintip layar facebook, harap-harap cemas membaca jawaban kejujuran dari teman-teman yang sudi jujur padaku. Ada yang memberikan jawaban kejujuran pendek, panjang, bahkan sampai ada yang terklepek-klepek karena kupanggil 'dear', ternyata sebutan itu juga berpengaruh. Dan aku ada sempat membalas jawaban kejujuran dari salah satu admin PDSM. Sebut saja namanya 'W' kami berinteraksi karena aku paham siapa dia, yang cukup bisa atraktif dalam berpendapat.

Seperti ada rasa nyeri, tapi tidak apa-apalah, toh aku sendiri yang meminta kejujuran :) Usut-diusut, waktu terus bergulir, hingga aku ketinggala satu deatline lomba puisi, ahhh, sialan, aku terlalu menyepelekan kata 'nanti' dan 'nanti', dan akhirnya aku ketinggalan.

Baiklah, terlepas membahas lomba, aku ingin mengatakan pada teman-temanku semuanya. Sisi-sisi dalam diriku baik maupun buruk, pasti selalu ada, karena aku bukanlah manusia suci atau manusia sempurna. Aku kadang pun merasa aneh dengan diri sendiri, atau mungkin sulit percaya pada seseorang, hingga ada yang beranggapan, "I can do it". Sehingga apa pun yang kulakukan, dianggapnya, semuanya sendiri. Ih, tidak apalah, aku memang tidak sedang berlomba-lomba mencari pengalaman, hanya silahturahmi dan bentuk kerjasama yang baik, toh rasanya memang penuh tantangan dan pengorbanan.

Aku menatap kalender di HP jadulku. Ah, hari-hari itu semakin dekat sekali. Aku harus meninggalkan Singapura, as soon as posible, hehehhe. Sedih pastinya, namun bahagia diharapkan. Semua urusan dengan teman-teman bisa aku selesaikan dengan baik dan tanpa meninggalkan tanggungan itu yang aku harapkan. Bahkan aku bertanya pada teman yang ngutangin pulsa/online shop, jika aku masih punya tanggungan harap diingatkan. Aku ingin pulang tanpa beban hutang atau ada tanggungan yang belum terselesaikan.

Untuk teman-temanku di Singapura, ayoklah MENULIS, jangan MATI JEMARI. Dikoordinir lebih baik lagi PDSM agar terus HIDUP. Aku pasti akan sangat bersedih jika dunia literasi TKW Singapura pupus, tanpa penerus yang lebih baik dan lebih ulet daripada aku. Jangan pernah terus mengukir karya. Aku memohon kesadaran hati teman-teman. Kalian, pasti bisa. Jangan merasa puas dengan satu hasil, terus jadi orang yang tidak pernah puas dalam berkarya. Namun jangan lupa tetap bersyukur. Mintalah pada Tuhan, agar mengingatkan hati dan pikiran kita untuk suatu kebaikan.

Insya Allah, jika aku sudah di Indonesia dan membina keluarga mungil, aku ada untuk kamu. Pokoknya, inisitif tidak melulu bertanya dan bergantung pada orang lain. You can do it, girls. I believe.

Terima kasih telah menjadi bagian hidupku. I love you.





No comments:

Post a Comment

Terima kasih.